Pengantar UX dan Design Thinking

Reza Gandara
Product 21
Published in
4 min readAug 26, 2021

--

Selamat datang di pengantar UX dan Design Thinking. Dalam pembelajaran ini Anda akan mempelajari lima fase dari design thinking.

Design Thinking adalah metode pemecahan masalah yang realistis dan inovatif. Cara ini sangat dipengaruhi oleh metode dan proses yang digunakan oleh desainer (sesuai namanya, design dan thinking). Design thinking memiliki kerangka pemikiran yang dapat diterapkan di berbagai bidang seperti arsitektur, teknik, dan industri. Design Thinking dapat diperluas ke area mana pun; tidak terbatas pada bidang desain seperti marketing, human resource dan masih banyak lagi.

Fokus dari Design Thinking adalah pada konsumen atau pengguna. Penekanan utamanya adalah pada manusia, bermaksud untuk memahami kebutuhan konsumen atau pengguna dalam mengembangkan cara-cara inovatif untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kami menyebutnya sebuah teknik yang memudahkan untuk pemecahan masalah.

Apa sebenarnya tujuan dan cara penggunaan dari metode ini? Mari kita lihat lebih dekat.

Lima Fase Design Thinking

Menurut Hasso-Plattner-Institute Design di Stanford, proses Design Thinking terdiri dari lima fase diantaranya: 1st empathize, 2nd define, 3rd ideate, 4th prototype, dan 5th test. Mari kita lihat lebih dekat masing-masing.

1. Empathize (Empati)

Empati adalah langkah awal yang penting untuk Design Thinking. Tahap pertama dimulai dengan memahami konsumen dan belajar tentang keinginan, kebutuhan, dan tujuan mereka. Kita harus mempelajari dan berbicara dengan calon konsumen atau pengguna untuk mendapatkan pemahaman emosional dan psikologis tentang mereka. Selama tahap ini, desainer mencoba mengesampingkan hipotesa, namun fokus dalam mengumpulkan informasi yang nyata tentang calon konsumen atau pengguna.

Cara melakukan empati:

  • Anda perlu memahami perilaku, motivasi, dan kebutuhan seseorang
  • Tempatkan diri Anda pada posisi mereka untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka dan tindakan apa yang akan mereka ambil
  • Ini bukan tentang apa yang menurut Anda paling baik, tetapi fokus pada apa yang menurut mereka paling baik.

Cara Wawancara:

  • Don’t: Tanya pengguna apa yang mereka inginkan.
    Orang biasanya ahli dalam masalah mereka sendiri, tapi tidak dengan solusinya.
  • Do: Tanyakan tentang pengalaman masa lalu yang spesifik.
    Misalnya waktu terbaik, waktu terburuk, dan waktu terbaru. Mengapa demikian? untuk membantu mereka menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tugas/task yang memang benar mengalaminya

Gunakan teknik mendengarkan secara aktif

  • Ajukan pertanyaan terbuka untuk mengungkap cerita & perasaan mereka. Jangan mengajukan pertanyaan hanya ya atau tidak.
  • Minta “dia” untuk merangkum pemikiran dan fokus pada poin yang paling penting.
  • Tanya “kenapa?” sampai ke inti masalah agar Anda dapat menemukan masalah yang sebenarnya.
  • Dengarkan jawaban mereka, jangan memaksakan jawaban yang spesifik. Anda tidak tahu mengapa mereka menjawab seperti itu.
  • Gunakan keheningan sebagai cara untuk membuat orang melanjutkan jawaban mereka. “Dia” akan terdorong ketika terjadi keheningan karena merasa jadi canggung dan tanpa sadar “Dia” akan menjawab apa yang ada di benaknya; Anda mungkin akan menemukan jawaban tak terduga.

2. Define (Tentukan)

Masalah yang Anda temukan kemudian dirumuskan dalam metode Design Thinking tahap kedua. Anda akan mengumpulkan semua hasil empati Anda dan mulai memahaminya: tantangan dan hambatan apa yang dihadapi pengguna Anda? Tren apa yang Anda perhatikan? Apa masalah utama pengguna yang harus ditangani oleh tim Anda? Anda harus memiliki pernyataan masalah sederhana dengan menyelesaikan proses yang ditentukan. Triknya adalah mendekati masalah dari sudut pandang pengguna.

3. Ideate (Ide)

Saatnya untuk mulai memikirkan ide-ide yang muncul setelah Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang konsumen atau pengguna Anda dengan pernyataan masalah yang lugas. Imajinasi Anda akan terjadi pada langkah ketiga dari proses Design Thinking. Sesi ideasi biasa dilakukan oleh desainer untuk menghasilkan sebanyak mungkin pendekatan dan konsep yang berbeda. Desainer dapat menggunakan berbagai teknik ideasi, mulai dari brainstorming dan pemetaan pikiran (mind mapping), teknik berpikir lateral yang intens yang mendorong desainer untuk mempertanyakan keyakinan yang ada dan mempertimbangkan opsi dan alternatif baru. Anda akan mengerucutkan temuan menjadi beberapa ide untuk dilanjutkan menjadi sebuah solusi.

4. Prototipe

Eksperimen dan menerjemahkan konsep ke dalam sesuatu yang nyata adalah fokus dari fase keempat dalam proses Design Thinking. Prototipe adalah versi produk yang menggabungkan solusi yang telah ditemukan pada tahap sebelumnya. Fase ini sangat penting untuk menguji setiap solusi dan mengidentifikasi kendala atau kekurangan. Tergantung pada seberapa baik solusi yang diusulkan yang akan ditampil dalam bentuk prototipe mulai dari low-fidelity hingga hi-fidelity.

5. Test (uji)

Pengujian prototype yang melibatkan calon konsumen atau pengguna Anda. Perlu diperhatikan bahwa fase ini tidak selalu menjadi puncak dari proses Design Thinking. Faktanya, temuan dari fase pengujian akan sering membawa Anda kembali ke fase sebelumnya, dan memberi Anda informasi yang Anda butuhkan untuk menyusun ulang pernyataan masalah awal atau menghasilkan ide-ide baru yang belum Anda pertimbangkan sebelumnya.

Kesimpulan

Ada lima fase Design Thinking, Fokus dari Design Thinking adalah pada konsumen atau pengguna. Penekanan utamanya adalah pada manusia, yang bermaksud untuk memahami kebutuhan mereka dalam mengembangkan cara-cara inovatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

--

--